11.16.2006,20:03
Feliz Cumpleaños, Papá

Tuhan tolonglah sampaikan
sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah
betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan
ku mampu penuhi maumu

Hari ini lagi-lagi aku buat Papi kecewa.
Seperti biasa, kubuatnya menunggu. Padahal bukan maksudku untuk membuatnya menunggu. Ini sudah serius, karena sudah berkali-kali aku melakukan hal ini padanya. Termasuk juga pada supirku, kakakku, dan semua orang yang pernah menjemput aku. Mereka pasti tahu kebiasaan burukku ini: nyangkut di ruang Pema. Tapi hari ini ada yang beda.

Ya, hari ini beda.

Aku selalu lupa bahwa setiap tangal 16 November beliau ulang tahun. Entah mengapa. Hari inipun aku baru tersadar saat sarapan pagi, dimana ia sedang menerima telepon ucapan selamat dari ayahnya sendiri (kakekku). Tak lama kemudian, dengan buru-buru aku mengucapkan selamat. Tapi aku mengucapkan selamat seperti layaknya aku kerabat jauhnya, bukan anaknya. Hambar. Klise.

Sebenarnya ada sesuatu yang jauh lebih ingin kusampaikan, dibandingkan ucapan basi itu. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Semua rasa sudah tercampur mencadi sebuah perasaan yang baur. Lama kelamaan aku jadi tak tahu apa yang harus aku sampaikan lagi.

Berhubung supir kami sedang mengantar istrinya operasi kanker, Papi harus mengantar kami pagi ini. Kami berangkat. Berada dalam hening selama hampir satu jam perjalanan. Aku sampai. Sekolah berlalu dengan membosankan! Istirahat yang ditunggu malah dipakai ulangan susulan, yang aku yakin nilainya di bawah SKBM. Sampai akhirnya aku pulang, berada satu mobil dengannnya selama hampir satu jam (lagi), tapi tetap saja aku tak tahu apa yang akan aku katakan. Sampai akhirnya kuambil keputusan.

Aku harus menuliskannya di Blog!

Ya! Ide yang pintar, Iyo! Blog adalah media yang terbaik untuk menyampaikan kado secara non-verbal. Menyampaikan ucapan secara tulisan. Sampai akhirnya aku membuka jendela Blogger dan.... menulis tulisan ini.

Oh iya, sebelumnya aku sempat kebingungan. Gambar apa ya, yang kira-kira cocok untuk jadi pelengkap tulisan ini? Lalu aku berusaha mencari seluruh koleksi foto kami, dan tak menemukan satupun fotoku dan fotonya. Hingga aku sempat bimbang dan tak meneruskan tulisan ini lagi. Tapi akhirnya, di salah satu foto liburan, kutemukan foto di atas. Blur, over-exposure, dan masih banyak lagi kekurangan foto tersebut. Tapi aku mengakalinya. Hingga terciptalah sebuah gambar yang manis untuk melengkapi tulisan ini.

Dan akhirnya, pada pukul setengah sebelas malam, Si Iyo menuliskan ucapan selamatnya.

****

Papi...
Selamat Ulang Tahun ya!
Aku sadar kalau selama ini aku belum cukup baik.
Aku belum cukup membuat Papi bangga.
Malah kadang aku bertingkah semauku.
Dan aku sadar, pih.
Kalau aku memang menjengkelkan.
Aku juga sering bikin Papi sakit hati.
Ya kan?

Pernah terjadi masalah antara kita.
Tapi akhirnya kau mengatasinya dengan bijaksana.
Dan sejak itu aku mendapat pelajaran.
Bahwa manusia tidak sempurna.
Termasuk aku.
Termasuk engkau, ayahku.
Dan kita lebih baik jika kita saling maklum.

Papi...
Thanks ya, udah menjadi teman bicara yang menyenangkan.
Entah di pagi cerah atau di malam yang dingin.
Dialog kita semua akan selalu kusimpan.
Sebagai bekal untuk masa depanku nanti.
Terima kasih juga atas nasihat hidupnya.
Terima kasih atas dukungannya.
Terima kasih telah menjadi pembaca aktif jurnalku.
Pemerhati tulisanku.
Pemuji puisiku.
Dan sebagai pelindung yang luar biasa.
Sebagai ayah yang baik dan penyayang.

Papi...
Aku senaaaaaaaaaaaaang banget waktu Papi mau berhenti ngerokok.
Itu atas saranku lho!
Karena Papi harus sadar, you're almost 50!
Itu artinya jatah hidup Papi berkurang.
Walau pengalaman bertambah.
Maka itu, pergunakanlah dengan baik, ya?

Jangan lupa jaga kesehatan.
Makan yang baik. Tidur yang cukup. Rajin olahraga.
Supaya fisik papi nggak cepet capek dan kena penyakit.
Belum lagi kontrol tingkah laku.
Harus pinter-pinter mengolah energi positif dan negatif.
Harus pinter-pinter menjaga emosi.
Papi kan nggak mau kalau DarTing-nya kambuh lagi kan?
Yang terakhir, jangan lupa sama yang Di Atas.
Karena Dia pusat segalanya.
Dia sumber hidup kita.
Maka itu, lebih sering lagi berdoa dan ibadah.
Kalau mau kita juga bisa melakukannya barengan kok. Hehehe.

Pih, bukan maksud aku mau nasehati.
Cuma mengingatkan aja.
Apalagi kita Muslim, yang harus saling mengingatkan.
Dan hari ini kan spesial buat Papi.
Jadi aku pikir saat ini pas untuk menyampaikannya.

Oh iya, pap.
Kenapa papi gak bikin blog juga?
Kalau Papi bikin, dijamin aku bakal jadi orang yang paling pertama komentar. Hohoho.

Pokoknya....

Selamat Ulang Tahun yang ke-49, Papi.
Semoga Papi selalu diberi kesehatan.
Dan sisa umur yang barokah.
Amiin.



With love,


Iyo.
 
ditulis oleh Si Iyo > < 12 orang yang ngomentarin
11.10.2006,19:40
Hero lies in you
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And you'll finally see the truth
That a hero lies in you


Suara tinggi Mariah dengan merdunya menyanyikan our theme song of the day. Lagu yang liriknya ditulis diatas, berjudul Hero. Banyak kata-kata inspiring yang dapat kita petik dari lagu tersebut. Aku memang penggemar lagu yang berlirik optimistis, because a sad song will make us worse. Walaupun gitu, lagu sedih enak kok, cuma untuk sekedar dinikmati aja, bukan dihayati. Nah, sebelum aku kebur direkrut buat jadi sales promotion boy-nya DISC TARRA karena kebanyakan ngomongin musik, mendingan kita back to topic aja dulu deh.

****

"That a hero lies in you"

Benarkah? Aku sendiri nggak yakin pas pertama kali mendengar konsep ini. Tapi lama kelamaan, setelah pikiranku makin mendalam dan juga makin terbuka pada konsep yang belum pernah terpikirkan, aku jadi sadar, bahwa kita semua adalah pahlawan.

Nggak usah harus masuk ke dalam komik atau bungkus sabun batangan. Nggak usah tinggal di stunt city. Nggak usah perlu seremonial besar-besaran untuk merayakan kemenangan. Nggak perlu lagu untuk selalu dikenang. Yang memang kita perlukan untuk menjadi seorang pahlawan adalah.... keberanian. Dan tanpa kita sadari, di hidup kita yang sempit ini, kita juga pasti pernah menjadi seorang pahlawan.

Kita nggak usah memakai celdam di luar supaya bisa terbang. Kita juga nggak usah pura-pura memakai alis palsu sepanjang 5cm hanya untuk membuat orang tunduk. Nggak usah punya kantong ajaib dari abad 22 (walau kata orang, aku mirip doraemon lho!). Hanya dengan keinginan untuk berubah, beda, -menggebrak! Dan kita akan menjadi pahlawan.

Bayangkan seseorang yang bekerja keras tiap hari. Menyusuri jalan-jalan besar yang mengintimidasi, penuh debu. Melakukan sesuatu demi sebuah kota yang sudah tak lagi bernafas lega, tanpa diberi imbalan. Memungut sampah satu-satu dengan kesabaran. Apakah dia tidak dapat disebut pahlawan?

Bayangkan seseorang yang mengajari siswa badung tiap harinya hingga mereka berilmu. Tanpa mendapat sesuatu imbalan yang dikira pantas untuk sekedar hidup. Apakah dia tidak dapat disebut pahlawan?

Bayangkan seseorang yang akan selalu ada di sisi kamu apabila kamu jatuh, membawamu terbang dengan sayapnya yang rapuh, menyapukan senyum saat kamu menangis, dan ikut tertawa bersamamu jika kau gembira. Apakah dia tidak dapat disebut pahlawan?

Bayangkan dirimu. Ya, kamu. Anda. Yang sekarang menatap monitor dan membaca jurnal bodoh ini. Bayangkan kamu melakukan suatu kebaikan. Demi kamu sendiri. Demi orang lain. Dan kamu ikhlas melakukan itu. Apakah kamu masih bukan pahlawan?

Membuat orang lain tersenyum adalah tindakan yang heroik. Tidak cuma dengan menahan bola dunia raksasa yang nggelundung aja, baru kita disebut pahlawan. Tapi, dengan membuat sesuatu yang baik (tentunya) tanpa rasa pamrih, kamu sudah resmi menjadi pahlawan.

Walaupun aku bukanlah pahlawan yang berparas tampan *SID banget*, aku tetap ingin memberikan hormatku pada seluruh pahlawan di luar sana. Pada para ibu yang sedang mengurus anaknya. Pada para ayah yang rela bekerja. Pada semua sumber kebaikan dan cahaya yang mebuat bumi masih terang setiap harinya. Terima kasih. Terima kasih untuk telah rela menjadi pahlawan.

Tanpa sadar, selama ini kita sudah hidup di dunia yang penuh dengan superhero, yang memakai underwear di dalam.

Selamat Hari Pahlawan.
10 November 2006.
 
ditulis oleh Si Iyo > < 11 orang yang ngomentarin
11.02.2006,17:43
A Crazy Little Thing Called Tugas
Yeap, kembali lagi bersama Si Iyo. Dengan waktu yang cukup sempit dan mendesak, Si Iyo menulis unek-unek hati ini. Hahahaha!

Emang kamu dikejar apaan sih? Kuntilanak? Kok waktunya mendesak gitu?

Oh enggak kok. Cuma dikejar lembaran kertas dan makian guru aja. Ya, tepat sekali. Seperti judul dari posting ini, dialah dia, kami persembahkan : TUGAAAASSS!
Memang sebenernya bukan sesuatu yang menghebohkan kok. Yaa, cuma tumpukan makalah yang harus diketik (beberapa tinggal kupipes isi buku doang sih) dan ditambah sejenis ilustrasi atau foto. Seperti itulah. Tapi entah mengapa atmosfir lebaran begitu kuat dan membuat aku MALES banget untuk mengetik mereka semua. Uoooh! Malasnya aku!

Saat Si Iyo mengetik ini, tugas yang belum ia kerjakan diantara lain :

- Makalah Sains tentang Kimia, 10 halaman, hasil pengamatan plus diskusi dan foto.
Status : Selesai 10%
Batas Waktu : Hari Ini. Mundur satu hari nggak apa apa deh.

- Makalah Agama, 3 buah makalah masing-masing 15 halaman, tinggal copy paste dari buku.
Status : Selesai 50%, Teks diketik oleh rental komputer, tinggal ditulisi Arab.
Batas Waktu : BESOK!

- Makalah TIK, 1 Makalah, 5 bab, 50 lembar
Status : Selesai 20%, hasil kopipaste dari ilmukomputer
Batas Waktu : 27 Okt 2006 via e-mail. Rabu depan via Flashdisk.

- Gambar dan Makalah tentang Batik
Status : 100%, Alhamdulillah

Dikit kan? Tapi ngerjain segitu aja malesnya luar biasa. Pengennya browsing terus sampai Mami meneror kita dengan pemutusan Speedy. Jangaaaaaan! Belum Lagi December 11th kita semua ulangan umum. Gimana kalau nilai jelek? Gimana kalau nggak bisa? Aah, stres!

Sudah, mau ganti topik aja deh. Cukup segitu aja curhatnya. Nanti pembaca kabur kalau yang punya blog berkeluh kesah terus.

****

Nah, ada satu topik yang mau aku angkat. Berawal dari sebuah pembicaraan di depan toko kue cheesecake, cizz. Kita semua ngomongin hidup, maksudnya, aku, wzzn, dan Papi. Mami lagi ngambil kue pesenan. Saat lagi ngobrol santai, muncul sebuah ultimate question yang dibuat oleh aku.

"Apa sih hal termudah yang manusia bisa dan sering lakukan, tanpa disadarinya?"

Muncul berbagai jawaban. Kelihatannya sepele. Tapi, setiap ada jawaban muncul pula bantahannya. Mau denger sedikit transkripnya? Ini dia.

I: "Makan!"
P&W: "Kalau miskin? Kalau sakit perut? Kalau mulutnya lagi luka? Kalau lagi sariawan?"
W: "Oke. *sori* Berak!"
I: "Nggak pernah denger orang yang nggak punya anus? Yang beraknya harus dipakein kantong dari perut dan pake selang?"
I: "Nah ini pasti, TIDUR!"
P: "Untuk apa diciptain obat tidur kalau semua orang gampang buat tidur? Tau Insomnia kan?"
W: "Bergerak!"
I: "Orang lumpuh abis kecelakaan?"
W: "Melihat!"
I: "Buta?"
W: "Membalikkan Telapak Tangan~! *seperti peribahasa sahaja*"
I: "Amputasi?"
I: "Nah, ini paling bener. BERNAFAS!"
P: "Tau gitu kamu nggak usah masuk rumah sakit dong karena Asthma."
W, I, & P: "......"

(teks sedikit diubah dan ditambah untuk memperjelas cerita -red.)
W : Wzznu, I: Iyo, P: Papi


Kita semua jadi diem. Ternyata memang SULIT mencari hal yang termudah di dunia. Ini ada hubungannya sama gaya hidup pemalas yang tadi lagi kita bahas. Ternyata bermalas-malasan saja tidak mudah. Coba pikirkan, definisi malas bagi aku.

3B : Baca, Blogging, Browsing


Bagi kita, mudah kan? Tapi coba kita bayangkan kalau kita bukan kita lagi *ribeeet!*, misalnya nih, kita jadi orang yang buta huruf *jangan sampee!*. Susah kan melakukan tiga kegiatan tadi? Bagi chef, memasak itu mudah. Tapi bagi para pemula, masak air aja susah kan? Bagi gardener, nyiram taneman itu gampaaaaang banget. Tapi bagi orang yang takut air, masa harus pake spacesuit dulu? Jadi sebenernya nggak ada hal yang bener-bener gampang untuk dilakukan oleh semua orang. Jadi ternyata, moral of the storynya adalah :

BACA SIMPLY IYO DOT BLOGSPOT DOT COM, DIJAMIN SERU!

Eh, sori, sori, sori banget. Yang itu salah, sedang yang bener adalah :

JANGAN MEREMAHKAN SUATU PEKERJAAN.

Yup. Jangan anggap tidur itu gampang. Jangan anggap makan itu gampang. Setelah kita sadar, hidup kita akan lebih kaya dan bermakna. Kita nggak jadi cepat menggampangkan. Kita jadi sadar bahwa kerjaan pembantu kita itu susah, karena saat kita kerjakan sendiri... dijamin keringetan banget! (based on true story pas tadi piket). Kita nggak akan lagi makan seperti biasa kita makan, tapi kita jadi sadar akan pengorbanan petani yang rela panas-panasan berhari-hari untuk menghasilkan sesuatu yang nantinya akan berakhir dengan bunyi "SSSH... GRROOOOOK" *flushed away! bye!*. Kita jadi sadar bahwa mencintai itu tidak gampang, saat kita tahu orang yang kita cintai mencintai orang lain selain kita. *bizzare love triangle*

TERUS APA HUBUNGANNYA SAMA MALES DAN TUGAS?

Hmm.... NGGAK ADA! Hahahahahahahahahahahaha! Oke, sekian saja renungannya hari ini. Semoga enak dibaca dan bermanfaat. Back to my tugas now, bye then!

HUUUU! ULANG! ULANG! JAWABAN KURANG MEMUASKAN! ULANG! ULANG!

Wow, ENCORE! Baiklah, Si Iyo akan memberikan jawabannya. Maap yak kalau rada nggak nyambung. Jadi, hubungan antara hal termudah di dunia dengan tugas adalah.....


Ilustrasi diperankan oleh Model


Kisah A :
GURU AGAMA : "Kalau saya ngasih tugas.... yang banyak aja. Toh gampang ini, tinggal merangkum dari buku dan menulis huruf arab."

Kenyataannya.....

Pada hari sang Siswa akan mengerjakan tugas Agama, ia baru menyadari bahwa ternyata yang harus ia ketik dan rangkum sebanyak 50 halaman. Lalu sang Siswa merangkum sambil mengetik selama terus menerus dan tiba-tiba.... Blam! Tiang listrik di depan meledak dan komputernya mati sedangkan ia belum sempat save *save post ini dulu yaaa* *oke, back*. Lalu, ia mengulanginya lagi. Kali ini ia menegsave setiap ia menambah satu kata. Akhirnya ia pegal dan komputernya error. Ia ketiduran dan lupa mengerjakan tugasnya.
Besoknya, ia mengetik dengan perlahan tapi pasti. Ia sukses. Ia berusaha mengeprint tapi ia sadar ia tak punya printer. Segera ia berlari ke tukang rental terdekat sambil membawa flashdisknya. Sesampainya di rental, pegawainya mengatakan bahwa di sana tidak menerima USB karena semua komputernya masih sangat kuno. Lalu ia berlari lagi ke tempat rental terdekat yang menyediakan fasilitas USB. Akhirnya ia berhasil mengeprint dokumen itu. Lalu ia lelah berlari dan memutuskan untuk makan bakso dahulu. Karena ceroboh ia menumpahkan kuah baksonya pada kertas makalah yang tak berdaya tersebut hingga semuanya luntur dan lecek. Terpaksa ia kembali ke langkah sebelumnya. Kali ini dia berhasil sampai ke rumah dengan keadaan makalah yang utuh.
Saat ia akan menulisinya dengan huruf Arab, ia baru sadar bahwa a tidak punya pensil. Lalu ia pergi ke warung untuk membeli pensil. Di warung, ia tidak menemukan pensil dan malah ditawari es bon-bon rasa jambu yang dibencinya. Lalu ia berlari ke toko buku terdekat untuk membeli pensil. Saat ia sampai rumah, ia sadar ia juga kehabisan serutan sedangkan pensilnya belum diserut. Ia harus mengulangi langkah sebelumnya. Begitulah hingga akhirnya ia frustasi dan ia malas untuk menulis tulisan arabnya.

Di sekolah....
"FULAAAAAAN! *nama samaran* MANA TUGAS AGAMA KAMU!"
"M...m..m..maaf pak. Belum selesai."
"BELUM SELESAI? KAMU INI GIMANA SIH! KAN TUGAS ITU GAMPANG!"
Dalam hati ia berfikir.....
"GAMPANG? KATA SIAPA PAKK?!?!"

*end*

Jadi moral dari cerita tadi adalah.....

BAPAK DAN IBU GURU, KALAU NGASIH TUGAS YA JANGAN KURANG AJAR DWOOOONG!

 
ditulis oleh Si Iyo > < 12 orang yang ngomentarin