anyway, if i were still in his age, i would prefer not knowing anything happenned in the world. main galasin, tak benteng, gundu, dampu gunung atau tak kadal ajalah. yang lebih berkeringat. new things (information) are popping up like a machine gun these days and sometimes you're no longer able to contain them in your head, your heart. so, having a tranquil sleeping in bed all day and not knowing those new things sounds better to me. yah, tapi si Iyo itu tampak bahagia, meski tatapan kosongnya menyiratkan sesuatu yang luar biasa.Ya Allah! Akhirnya ada juga yang bisa menggambarkan perasaanku dengan begitu jelas! Walau pak Ary H belum pernah ketemu aku, tapi kenapa beliau bisa bener-bener ngerti?
Jadi gini, terkadang sakit banget, saat kita bisa dan terbiasa mengetahui segala sesuatu yang ada dibalik jendela rumah kita. Mengetahui banyak orang miskin diluar sana. Mengetahui masih ada perang saudara. Mengetahui masih ada bencana. Kalau aja aku masih hidup biasa, normal, aku nggak akan kepikiran tentang lumpur panas, atau soal politik yang menurut guru Sains aku Jahat dan Licik. Aku nggak usah tahu kalau di satu sisi ibukota kita, terdapat high-class lifestyle, apartemen seharga 8 miliar, sementara di sisi lainnya orang-orang menggelandang minta dikasih recehan. Sakit rasanya mengetahui aku bisa baca berita cuma dengan nge-klik news reader sementara anak lain seumurku di pelosok daerah masih belum bisa baca. Sakit rasanya mengetahui bahwa aku punya mimpi yang tinggi, mau pergi ke luar negeri, sementara masih banyak orang yang punya mimpi cuma untuk bisa makan.
Memang, aku benci berita. Berita kebanyakan buruk. Apalagi di Indonesia. Mungkin negara kita terlalu besar, sampai berita muncul dari seluruh pelosok daerah. Aceh gempa, merembet ke Jogja, Pangandaran, muncul lumpur panas, gunung merapi, terus menerus seperti sebuah mata rantai. Masalah kriminal Bandung selesai, muncul di Jakarta, dan selalu begitu. Selalu begitu selama ini.
DAN AKU INGIN MENGHENTIKAN RUTINITAS GILA INI!
F**k with them. I don't care. Ingin rasanya aku bangun pagi dengan gembira, tanpa perasaan takut. Nonton Spongebob Squarepants, pergi ke sekolah, ngobrol sama temen-temen tentang grup musik apa yang lagi jadi 'trend', belajar, pulang, main sepakbola, nonton TV, mendengarkan radio, menggambar atau menulis, TANPA harus tahu "Ada apa sih di hari ini?" dan pergi tidur dengan nyenyak tanpa harus kepikiran APA yang terjadi hari ini, dan APA yang akan tejadi esok hari. Nggak usah ada koran, nggak usah ada TEMPO, nggak usah ada detikcom. Cukup channel Nickelodeon aja. Sama ESPN. Aku ingin berhenti untuk tahu. Dan aku ingin berusaha untuk berhenti bertanya sama orang. Aku ingin hidup jadi anak yang kuper, nggak usah jadi anak yang TerGaul dan TerHighTech seperti kata angket kelas.
Tapi aku nggak bisa.
Aku udah terlanjur basah, menjadi pengamat berita, jadi Mister-Serba-Tahu, jadi orang yang "Never stop asking Why"
Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Aku akan berusaha, dengan sekuat tenaga, menikmati hidupku yang rumit ini. Sepelik apapun keadaannya, akan berusaha aku jalani. Toh, dengan semua ini aku bisa bahagia walaupun dengan cara yang berbeda dibanding mereka yang nggak pernah tahu apa yang baru di Dunia ini. Mengapa orang dilahirkan berbeda? Mengapa ada orang kaya? Mengapa ada orang miskin? Karena mereka ditakdirkan untuk menjalani hidup mereka di jalan mereka sendiri. Dan mereka mendapat ujian yang setimpal pula. Bagi seorang kaya, kehilangan 10.000 mungkin nggak ada artinya. Tapi bagi orang miskin, kehilangan 10.00 bisa aja berarti nggak sahur dan buka puasa seadanya selama 2 hari. Bisa kan?
Sampai ketemu di post berikutnya.
Dengan penuh cinta,
Iyo,
yang lagi bingung.
PERTAMAXXX! *Bener ga?*